Hari ini, 130 Tahun Lalu, Tepat Hari Lahirnya Tan Malaka
Oleh: Ferizal ridwan
Ketua YAYASAN IBRATAMA
Berjuang dalam sunyi, jauh dari gemerlap popularitas.
Kelihaiannya lebih karena unsur keberanian, mental yang tangguh, gemar belajar, dan gampang bergaul dengan etnis manapun termasuk di negara asing.
Sekarang, bagaimana halnya dengan peletakan Tan Malaka dalam sejarah bangsa Indonesia?
Yang sudah pasti bahwa nasionalisme dan perjuangan Tan Malaka bagi kepentingan bangsa dan negara sudah tidak perlu diragukan lagi, dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomo 53 Tahun 1963 dimana Ibrahim Datuk Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Dengan demikian sikap Pemerintah terhadap nasionalisme Tan Malaka sudah final.
Satu hal yang sudah jelas adalah perjuangan fisik dan non fisik Tan Malaka sudah memberikan andil kepada Kemerdekaan Indonesia. Ketika perjuangan fisik dan non fisik bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaannya, paling tidak pemikiran Tan Malaka dapat menjadi kontrol sosial dan penyeimbang kepada pemikiran-pemikiran para tokoh nasional ketika itu.
Saat ini, sudah mulai bermunculan karya-karya ilmuwan dalam negeri dan luar negeri mengenai sosok perjuangan Tan Malaka yang beredar di Indonesia, setelah sekian lama mengalami kesulitan politis dalam penerbitan dan peredarannya. Dengan berbagai pendekatan, metode dan perspektif yang berbeda dalam melihat sosok Tan Malaka, semua buku itu pada hakekatnya mengungkap sekaligus menguji seberapa jauh relevansi pemikiran dan perjuangan Tan Malaka dalam kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada waktu itu.
Jadi apakah perlu meletakkan Tan Malaka dalam sejarah Indonesia, dan bila ya, bagaimana meletakannya dalam konteks Sejarah Indonesia itu? Apakah penulisan sejarah formal perjuangan Tan Malaka untuk menjadi konsumsi pendidikan sejarah formal bagi para siswa sekolah menjadi sangat urgent?
Prakarsa pemerintah untuk memfasilitasi penulisan sejarah Pahlwan Nasional Tan Malaka pasti ada manfaatnya bagi generasi Muda kita sepanjang tulisan itu objektif. Namun situasi seperti sekarang di mana proses sejarah penulisan Tan Malaka diserahkan kepada mekanisme pasar nampaknya cukup merangsang kalangan akademisi untuk terus mengkaji pemikiran Tan Malaka.
Kalau ada kecenderungan dari kalangan akademisi untuk mendukung atau memberikan justification terhadap konsep-konsep pemikiran Tan Malaka, maka hal itu tidak bisa disalahkan kalau kalangan akademisi itu telah menggunakan metode penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dan menggunakan data dan informasinya dari sumber-sumber otentik.
Apabila ada kecenderungan sebaliknya, di mana kalangan akademisi menganggap konsep pemikiran Tan Malaka sudah tidak relevan dengan zaman sekarang, maka hal itu juga tidak bisa disalahkan sepanjang mereka telah menggunakan metode penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dan menggunakan data dan informasinya dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Kalau demikian adanya, maka akan terjadi suasana dialogis yang berkelanjutan antara berbagai kalangan yang memiliki kepedulian terhadap perjuangan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
Apabila itu terjadi, semakin legendaris tokoh Tan Malaka itu. Biarkan sejarah yang akan membuktikan relevansi konsep-konsep pemikiran dan filosofi beliau mengenai kenegaraan dikaji berbagai kalangan. Disitulah letak kehebatan seorang pahlawan, di samping selalu dikenang jasa-jasanya, dikaji pula konsep-konsep pemikirannya.
Biarkan masyarakat yang menilai segi-segi positif dan mungkin segi-segi negatifnya dari konsep pemikiran tersebut, sehingga menjadi bahan renungan bagi generasi muda kita. Rekognisi, pengakuan dan penghormatan masyarakat terhadap Tan Malaka akan terus berkembang sejalan dengan semakin banyaknya karya-karya Tan Malaka yang ditemukan maupun buku-buku yang ditulis kalangan akademisi di dalam dan luar negeri.
Inilah proses pembelajaran sejarah bagi seorang Pahlawan Nasional legendaris seperti Tan Malaka. (*)