Ferizal Ridwan dan Dedi Henidal Serahkan Syarat Dukungan Bacalon Kepala Daerah Jalur Independen ke KPU Limapuluh Kota

LIMAPULUH KOTA, NuansaPolitik.com-

Setelah melalui proses dan persiapan yang cukup panjang dan melelahkan serta melibatkan puluhan orang sebagai tim, akhirnya pasangan bakal calon Bupati dan bakal calon Wakil Bupati Limapuluh Kota H. Ferizal Ridwan, S.Sos dan Letkol (Purn) Drs.H. Dedi Henidal, MM, Minggu malam ((12/5/2024) menyerahkan syarat dukungan bacalon Kepala Daerah melalui jalur perseorangan atau independen ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Limapuluh Kota.

Menurut Ferizal Ridwan, pihaknya sudah menyerahkan surat dukungan sebagai persyaratan pasangan bacalon Bupati dan Wakil Bupati maju jalur perseorangan atau independen jumlahnya melebihi syarat yang ditetapkan oleh KPU Limapuluh Kota.

“ Dengan penuh rasa syukur, mohon ijin, doa dan dukungan kepada karib kerabat, dunsanak, kawan, senior, dan para pendukung. Dengan ini diberitahukan bahwa Insya Allah kami H. FERIZAL RIDWAN,S.Sos dengan LETKOL (Purn) Drs.H.DEDI HENIDAL, MM, bermaksud memenuhi dukungan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati jalur perseorangan atau indenpenden pada hari Minggu 12 Mai 2024 pukul 23.00 Wib atau 11 malam ke KPU Limapuluh Kota di Tanjung Pati, Kecamatan Harau. Semoga berjalan baik dan lancar, Alhamdulillah persyaratan yang dipersyaratkan telah terpenuhi dan melebihi,” ungkap Ferizal Ridwan dengan Letkol (Purn) Drs. H. Dedi Henidal, MM usai menyerahkan syarat dukungan ke KPU Kabupaten Limapuluh Kota.

MELANGKAH PASTI

Barangkali sedikit sekali masyarakat Kabupaten Limapuluh yang tidak mengenal dengan sosok H. Ferizal Ridwan, S.Sos, tokoh politik dan aktifis Sosial Kemasyarakatan, politisi, yang berpengalaman di organisasi partai politik dan pernah sebagai anggota DPRD 2004 2009, sekaligus tokoh pemuda yang dekat dengan dunia olahraga, terutama sepak bola dan bola volly.

Buya, sapaan akrab Ferizal Ridwan yang semasa kecilnya aktif sebagai Mubaligh Cilik, juga penerima penghargaan Karang Taruna Teladan  tingkat Nasional. Ketika masa remajanya, adalah pekerja sosial kemasyarakatan yang memiliki intensitas yang konsisten.

Sejak remaja, Buya tidak berhenti dalam melakukan aksi sosial di tengah masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota. Sejak tamat SMA N 1 Luak, dalam menolong masyarakat kecil tidak pernah bisa dihentikannya.

Tanggung jawab moral yang tumbuh dari keluhuran jiwa, akan nasib dan kesusahan masyarakat bawah dalam upaya tidak hanya mengentaskan kemiskinan, namun juga menyelamatkan generasi muda untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Berbagai bentuk organisasi sosial telah didirikan Buya untuk bisa leluasa dalam upaya membantu meringankan beban masyarakat.

Mulai dari pendirian Tudung Saji Group, Yayasan Pedati Mas hingga kepada Yayasan PDRI. Yakni upaya mengangkat PDRI 1948 menjadi salah satu penyelamat Republik Indonesia yang bermuara pada ditetapkannya Hari Bela Negara, sebagai terima kasih Pemerintah Pusat atas jasa PDRI 1948.

Juga telah berdirinya sebuah Monumen Nasional di Koto Tinggi, Nagari tempat di mana disuarakannya tentang keberadaan Indonesia ke dunia internasional. 2021 Mendirikan dan memimpinYayasan Ibrahim Tan Malaka, yang tengah mengurus pendirian Universitas Islam Tan Malaka.

Sebagai orang yang peduli terhadap jasa Pahlawan Nasional, sewaktu menjabat sebagai Wakil Bupati Limapuluh Kota, Feri Buya berjasa besar terhadap pengembalian marwah Pahlawan Nasional Ibrahim Dt. Tan Malaka, dalam sebuah prosesi Adat dan Syarak, yakni memindah gelar adat dan malewakan/menobatkan di tanah tasirah atau di kuburan gelar Dt. Tan Malaka dari Ibrahim (alm) kepada Hengky Novaron A Dt. Tan Malaka.

Pada tahun 2017 Ferizal Ridwan sempat viral, akibat kebijakannya mengembalikan Sekda ke Yendri Tomas yang sebelumnya dinonjob kan Irfendi Arbi. Kebijakan yang berani dan sangat menguji tata naskah dinas lingkup Pemda waktu itu, dimana Feri Buya selaku PLH BUPATI semasa Irfendi Arbi, cuti ke luar Negeri untuk menunaikan Haji, Bupati 42 Hari beliau jalankan dengan 27 kebijakan luar biasa berani, walau yang jadi persoalan yakni mengembalikan Sekda tersebut, dan 26 kebijakan lain yang diambil sangat menguntungkan daerah namun tak dianggap dan jadi viral.

Sebutlah itu, membuka blokade dan sangsi BNPB dari 2010 Pemkab Limapuluh Kota tak selesai laporan pertanggungjawaban dana bencana galodo Gunung Sago, 15,6 M , ditangan Ferizal diselesaikan dan 3 bupati sebelumnya tak mau ambil tanggung jawab, maka 7 tahun terkatung katung.

Kemudian sebutlah kebijakan penyelesaian Tanah Kapeh Panji yang senjak 1943 di beli keluarga Kapeh Panji Agam , tak dikuasai dan dimanfaatkan, dan tahun 1982 pun Bupati waktu itu mengeluarkan SIM penggarapan tanah tersebut, di tahun 2017 penyelesaian dan mediasi tanah tersebut bisa selesai dan para pihak mendapatkan haknya, Feri Buya dalam waktu singkat itu juga mengusulkan dan mengurus mangkraknya Monas PDRI yang mangkrak semenjak 2013, sehingga 2018 bisa dilanjutkan.

Tak tanggung tanggung, tanah hibah sejak 2002 tanah hibah ke Polres 50 Kota turut dapat diselesaikan, sehingga Polres bisa memiliki aset dengan Hak Milik, termasuk usulan program redis untuk tanah eks Sosro Bahu Halaban, yang semenjak 1895 dikuasai Eropa dan Belanda untuk berkebun teh. Dan semasa orde baru dimanfaatkan KUD Sosro Bahu, yang habis HGU 2006, Feri Buya mengusulkan.

Redis untuk diberikan ke rakyat, bukan dijual ke pihak lain, disamping banyak proposal usulan, pernyataan tanggung jawab mutlak dari pokir DPR RI, DPRD Propinsi Ferizal berprinsip siap menandatangani itu semua sepanjang pemasukan dan keuntungan bagi rakyat dan daerah.

Buya Feri juga berani membuat Perbup penyerahan komplek Rumah dan Musium serta Makam Tan  Malaka sebagai cagar budaya dibawa BCB Tanah Datar, proposal-proposal yang ia tandatangani berdampak banyak realisasi 2 atau 3 tahun sesudahnya.

Setelah turun dari jabatan Wakil Bupati, Ferizal Ridwan juga masih tidak bisa menghentikan kegiatan sosialnya. Bahkan kegiatan yang dipandang aneh dan dianggap mencari sensasi juga dilakoni, selain masih tetap membina pesepak bola dan pemain bola volly, dan otomotif, membina ratusan kadernya, disamping aktif di aksi aksi sosial, dan perjuangan pelurusan sejarah PDRI, menyuarakan pemikiran Tan Malaka, dan konsen selaku ketua Pembangunan Masjid Mohammad Hatta, dia malah melakukan aksi nekat dengan membawa Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk di bawa berobat ke Propinsi Lampung. Atas aksi nyata komunitas yang ia dirikan dan komandoi yakni Pak’Sa disamping mengentaskan persoalan sosial masyarakat lainnya.

Hal tersebut dilakukan dengan ikhlas dan berkat ikatan kekerabatan Buya Feri dengan Kesultanan Lampung. Bahkan Buya Feri juga dianugerahkan gelar Sultan Purnama Agung. Maka dengan gelar yang disandangnya tersebut, Ferizal Ridwan sebagai Sultan Purnama Agung, juga duduk dalam majelis Raja dan Sultan Nusantara.

Selanjutnya kita juga akan mengupas siapa pasangan calon Wakil Bupati yang berpasangan dengan Ferizal Ridwan.

Letkol (purn) Drs. H. Dedi Henidal, MM, yakni seorang purnawirawan yang memulai karir TNI AD melalui Program perekrutan Wamil bagi para Sarjana Strata 1 setamat dari UNP (IKIP Padang) pada tahun 1985 dan lulus tahun 1987 mendapat SK Presiden RI dengan pangkat Letnan Satu.

Setelah mendapat kenaikan sebagai Perwira Menengah berpangkat Letnan Kolonel, Dedi Henidal, juga kerap mengikuti program pelatihan TNI AD dalam penanganan bencana alam, hingga pada tingkat manajemen penanganan dan penuntasan masalah bencana alam di New Zeland, putra asli kelahiran Nagari Sei Balantiak, Kecamatan Akabiluru tersebut pada tahun 2006 diusulkan untuk pindah status dari TNI AD ke Pegawai Negeri Sipil, untuk bertugas di Pemko Padang.

Sesuai dengan pangkat dan golongan perpindahan dari jabatan Militer ke jabatan Sipil, Dedi ditempatkan pertama kali untuk menjadi Komandan Satuan Polisi Pamong Praja.

Memulai karir sebagai penegak Peraturan Daerah, bagi putra Sungai Balantiak ini, tidak begitu sulit untuk beradaptasi. Karena dunia Militer yang digeluti adalah kehidupan penuh dengan kedisiplinan. Sebab, antara menegakkan disiplin dan menegakkan aturan adalah sesuatu hal yang menyatu.

Setidaknya, delapan kali menjabat sebagai kepala dinas maupun kepala satuan di jajaran Pemko Padang, akhirnya pada tahun 2022, sesuai dengan batasan usia Pegawai Negeri Sipil, Drs. H. Dedi Henidal, MM pensiun.

Malang melintang di dua dunia yang berbeda, membuat Dedi semakin banyak mengetahui baik persoalan disiplin Militer maupun Sipil, termasuk persoalan manajemen di dua institusi yang berbeda.

Tentulah H. Dedi sangat memahami dua persoalan tersebut. Maka tak mengherankan jika dimasa purna tugasnya, dia dipercaya masyarakat Sungai Balantiak untuk menduduki posisi Wali Nagari, agar Dedi bisa mengayomi, membimbing masyarakat serta membangun kampungnya, dan saat ini pengabdiannya sebagai Ketua Forum Wali Nagari Limapuluh Kota (Forwaliko).

PASANGAN DINAMIS

Majunya Ferizal Ridwan dan Dedi Henidal sebagai pasangan bacalon Bupati dan bacalon Wakil Bupati yang maju melalui jalur perseorangan atau independen, banyak pihak menyebut pasangan Kepala Daerah yang cukup dinamis.

Jika membaca pada perjalanan karir dan perjuangan untuk membantu masyarakat, Ferizal dan Dedi adalah pasangan yang memiliki ritme dinamis yang konstan.

Menjabat atau tidak menjabat, bukan sesuatu yang bisa mendorong atau menghambat dalam aksi sosial kemasyarakatan mereka.

Dari kesemaan tujuan, membangun visi untuk misi terbaik bagi Limapuluh Kota ke depan. Gerak dinamis untuk menghentikan suara derita masyarakat, membujuk tangis susah dengan pembujuknya, membimbing masyarakat menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat, hasil dari adat musyawarah mufakat, begitulah bentuk dari rasa persatuan, sikap hidup sesusah sesenang, sehina semalu, bentuk dari rasa tertinggi manusia yakni memanusiakan manusia dalam pewujudan kemanusiaan yang adil dan beradap, sebagai bukti dari manusia yang berketuhanan  yang maha esa.

Dari pasangan ini, mampu mengangkat kewibawaan pemerintah daerah, dengan pengalaman dan rekam jejak Ferizal Ridwan-Dedi Hanidal juga akan mampu menata kondisi saat ini untuk menatap masa depan yang lebih baik.

Atas pengalaman dan kecakapan keduanya, kekuatan pasangan ini juga punya jaringan baik ke pusat, propinsi maupun internasional telah terbukti selama ini. Mereka berdua merupakan orang-orang yang terbuka untuk komunikasi dan bisa berkomunikasi dengan baik.

Niat Ferizal Ridwan Dedi Hanidal adalah menjadikan Kabupaten Limapuluh Kota adil, makmur, disiplin dan amanah. Ini merupakan harapan Limapuluh Kota masa depan

Bertepatan dengan keinginan tulus untuk membangun Kabupaten Limapuluh Kota dan masyarakatnya yang memiliki dinamika politik begitu tinggi, Ferizal Ridwan dan Dedi Henidal yang mencalonkan diri lewat jalur perseorangan atau independen dan menafikan partai politik untuk maju, merupakan pilihan yang diambil sebagai sikap politik elegan.

Ferizal Ridwan-Dedi Hanidal adalah pasangan dwi tunggal. Maka semangat saling mengisi, konsisten dan saling menjaga juga menjawab kekuatiran sebagain orang akan prilaku pecah kongsi dalam menjalankan roda pemerintahan ke depan, demi Limapuluh Kota masa depan.

Niat seiring sejalan itu diyakini karena pengalaman masa lalu, namun pasangan ini bukanlah kawin paksa, alias dipasangkan oleh kepentingan politik sesaat dan bukan pula oleh transaksional politik, namun oleh silaturahim yang berjalan selama ini.

“ Jika takdir membukakan peluang lolos vefirivasi faktual dan lolos sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati, kami mohon do’a dan dukungan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota. “ pungkas Ferizal Ridwan dan Dedi Hanidal (ds)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *